Minggu, 03 Juni 2012

“PERAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DALAM KEDISIPLINAN BERIBADAH”


BAB II
Pembahasan

A.    Kenakalan siswa
        Ketika adzan sholat dzuhur berkumandang, seluruh siswa dan siswi SD Muhammadiyah 15 sumber bergegas meninggalkan kelas menuju masjid yang ada di lingkungan sekolah untuk melaksanakan sholat dzuhur berjama`ah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berlari menuju tempat wudhu agar mendapat antrian yang paling depan. Ini adalah sisi baik anak-anak SD Muhammadiyah 15 sumber yang penulis lihat ketika mereka akan melaksanakan sholat dzuhur berjama`ah. Akan tetapi setelah berwudhu banyak sekali siswa yang tidak langsung menata shaf dengan rapi dan masih banyak yang kejar-kejaran di dalam masjid dengan suara yang berisik sehingga membuat suasana menjadi gaduh. Sehingga, warga masyarakat sekitar sekolah yang juga ikut sholat berjama`ah di masjid tersebut,  sama sekali tidak bisa melaksanakan sholat dengan khusyu` , karena ketika shalat berlangsungpun masih ada saja siswa yang bercanda ria dengan teman-temannya. Para bapak dan ibu gurupun sampai kualahan menghadapi siswa yang nakalnya  luar biasa tersebut .
       Berbagai cara telah ditempuh untuk merubah kelakuan mereka, terutama dalam pelaksanaan sholat dzuhur berjama`ah, mulai dari pengenalan tatacara sholat  yang baik sampai memanggil orang tua mereka, agar para orang tua lebih memperhatikan ibadah mereka ketika berada di rumah. Namun ternyata upaya ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.
B.     Faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak-anak menjadi nakal :
      Menurut penulis, penyebab kenakalan para siswa SD Muhammadiyah 15 sumber adalah faktor orang tua. Sebagian besar orang tuab dari anak-anak yang nakal tersebut adalah orang tua yang bermasalah. Ada yang orang tuanya berprofesi sebagai preman, ada yang yatim, piatu dan korban broken home.
             Berikut adalah kesalahan-kesalahan orang tua yang bisa menjadi penyebab kenakalan anak:
a.       Membiarkan anak melakukan kesalahan
       Banyak orang tua yang tidak tega menegur anaknya ketika anak tersebut melakukan kesalahan , dengan alasan mereka masih anak kecil yang wajar melakukan kesalahan. Padahal, jika dibiarkan hal ini bisa menjadi kebiasaan yang sangat sulit untuk dirubah.
b.      Kurang apresiasi
       Apresiasi sangatlah penting bagi seorang anak . sebab dengan apresiasi itu, anak akan mengejar hal baru untuk mendapatkan apresiasi yang lebih baik lagi.
c.       Selalu melarang anak
       Selalu melarang anak adalah tindakan yang sangat buruk, karena itu akan membatasi ruang gerak anak, yang akan memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan anak.
d.      Selalu menuntut anak
       Selalu menuntut anak akan membuat anak menjadi tertekan, dan ini akan sangat mengganggu perkembangan psikis anak.
e.       Selalu mengabulkan permintaan anak
       Selalu mengabulkan permintaan anak akan membuat anak menjadi manja dan ketergantungan terhadap orang tuanya.
f.       Tidak mampu menjadi teladan bagi anak
       Orang tua adalah panutan utama dalam keluarga, maka kalau orang tua tidak mampu menjadi tauladan yang baik bagi anaknya, sangat besar kemungkinan anak akan melawan perintah orang tuanya.
g.      Melakukan kekerasan
       Melakukan kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan yang salah besar, karena Rasulullah tidak pernah mengajarkan hal tersebut.
h.      Tidak memberi kasih sayang dan perhatian yang cukup
       Hal ini akan menyebabkan anak minder, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
i.        Tidak sepaham antara ayah dan ibu
       Pertengkaran antara ibu dan ayah di depan anak akan berpengaruh sangat buruk terhadap anak tersebut.
j.        Mengklaim buruk
       Mengklaim buruk apa yang telah di kerjakan dan diraih oleh anak akan membuat anak menjadi krisis percaya diri, maka dukung dan berikanlah apresiasi yang baik terhadap apa yang telah diraih oleh anak.
k.      Terlalu memanjakan anak
       Terlalu memanjakan anak sama pengaruh buruknya dengan selalu memenuhi permintaan anak, yaitu membuat anak menjadi selalu ketergantungan terhadap orang tuanya dan tidak akan bisa mandiri.
l.        Terlalu berbaik sangka atau berburuk sangka terhadap anak
       Hal ini tidak perlu dilakukan orang tua, lakukan yang sewajarnya saja, koreksi dan tegurlah anak secara wajar jika melakukan kesalahan.
m.    Pilih kasih
       Pilih kasih akan membuat anak merasa asing di mata orang tuanya, maka dia akan melakukan pemberontakan demi mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
n.      Mendoakan buruk terhadap anak
       Perkataan adalah do`a, maka janganlah orang tua berkata buruk terhadap anaknya.
o.      Bertengkar dan berbuat yang tidak layak di depan anak
       Jangan sekali-kali orang tua berbuat yang kurang baik di depan anaknya, sebab anak akan melakukan semua yang dilakukan oleh orang tuanya.
p.      Susah memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan  Inilah kesalahan yang terkadang tidak disadari oleh orang tua. Berikanlah kesempatan kepada anak untuk memperbaiki kesalahannya.
q.      Lalai pada bacaan, tontonan, dan pergaulan anak
       Setiap segala sesuatu yang dilakukan oleh anak harus diawasi oleh orang tuanya, kekurangan pengawasan akan membuat anak merasa bebas melakukan apa saja.
r.        Membuat anak minder
       Jangan sekali-kali orang tua membuat minder anaknya, akan tetapi berikanlah dukungan dan apresisasi yang cukup.
s.       Tidak mendidik anak untuk bertanggungjawab
       Bertanggungjawab adalah sifat yang harus dimiliki semua orang, maka didiklah anak tentang pertanggungjawaban.
t.        Salah mengajar disiplin
       Orang tua harus mengajarkan disiplin yang benar bagi anaknya, agar anak mampu mengantur waktunya dengan mandiri.
       Anak-anak banyak menyerap informasi yang sangat penting tentang beragam hal, baik di dalam maupun di luar dirinya atau dari orang tua mereka. Selanjutnya, perilaku, keyakinan, serta kecenderungan anak terhadap diri mereka sendiri sangat  dipengaruhi oleh reaksi-reaksi yang ia dapatkan dari orang tua. Dengan demikian, satu kesalahan saja yang dilakukan  oleh orang tua dalam hal apa pun, akan membekas dan meninggalkan hal yang tidak baik bagi anak. Sehingga mereka akan menjadi anak yang tidak berbakti pada orang tuanya.
       Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar dalam mendidik anaknya, sehingga lambat laun akan menjadi kebiasaan, bahkan merasa telah melakukan hal yang terbaik untuk anaknya.
       Kembali ke pokok permasalahan, yaitu kenakalan siswa SD Muhammadiyah 15 sumber ketika melaksanakan sholat dzuhur berjama`ah, berikut ada beberapa hal yang harus di perhatikan orang tua agar anak menjadi lebih menghargai dan rajin sholat.
C.     Cara cerdas mengenalkan sholat kepada anak
v  Pokok-pokok ajaran sholat
       Pada taraf  awal, tujuan pendidikan sholat bagi anak adalah agar mereka terbiasa melaksanakan sholat. Oleh karena itu, pendidikan sholat mereka sejak kecil harus mendapat perhatian yang baik.
       Atas dasar itu pula, pembentukan kepribadian anak yang paling utama adalah dilakukan sejak kecil. Seorang anak harus dididik mulai dari lingkungan keluarga (pergaulan dalam keluarga).
       Pendidikan sholat diberikan kepada anak-anak  agar mereka terbiasa melaksanakan sholat. Meskipun sholat tidak diwajibkan atas anak-anak kecil, namun hendaklah mereka disuruh sholat  apabila mencapai umur 7 tahun.
v  Tujuan pendidikan sholat bagi anak:
1.      Membina kebiasaan yang baik
       Kebiasaan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Kebiasaan adalah suatu perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.
2.      Menghilangkan kebodohan
       Pendidikan sholat bertujuan untuk menghilangkan kebodohan. Kebodohan adalah pikiran yang sempit dan sumber keburukan. Pendidikan sholat bagi anak berarti melatih anak-anak untuk menghafal bacaan-bacaan sholat serta melatih melakukan syarat dan rukunnya. Pendidikan sholat dapat dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun teman.
v  Fase- fase pengajaran sholat
1.      Pengenalan
       Fase ini mulai ketika anak mulai bisa memahami lingkungan sekitarnya, pada fase ini orang tua mulai mengenalkan sholat kepada sang anak dengan cara mengajak mereka ikut berwudhu dan lain sebagainya.
2.      Pembelajaran tentang cara sholat yang benar
       Ketika anak memasuki usia sekolah (sekitar usia 7 tahun) maka mulailah memberikan pelajaran tentang cara sholat dengan benar  kepada anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan pada fase ini adalah mengajarkan rukun-rukun sholat melalui pendekatan praktik.
3.      Penegasan
       Ketika seorang anak berusia 10 tahun, namun belum mau juga melaksanakan perintah sholat, maka berikan hukuman kepada anak tersebut.
D.    Tips sholat khusyuk
      Agama memrintahkan agar seseorang melaksanakan sholat dengan khusyuk. Sholat yang khusyuk mencerminkan dari hati yang tenang. Jika hati tenang maka sholat pun akan khusyuk. Berikut tips-tips sholat khusyuk:
1.      Tepat waktu
       Berusahalah sholat dengan tepat pada awal waktunya. Hal ini akan membantu meningkatkan konsentrsi untuk mengingat sholat.
2.      Sholat secara berjamaah
       Melaksanakan sholat dengan berjamaah berarti memperhatikan waktu-waktu sholat. Ini akan membantu kita mencapai sholat khusyuk.
3.      Menganggap sholat yang dikerjakan sebagai sholat terakhir.
4.      Memehami arti bacaan dalam sholat
5.      Anggaplah kita sedang berhadapan dengan Allah
6.      Menyempurnakan setiap rukun sholat
7.      Semangat dalam melaksanakan sholat
8.      Memilih tempat sholat yang kondusif
  
BAB II
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan uraian “kenakalan siswa SD Muhammadiyah 15 sumber ketika sholat dzuhur berjamaah”  dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kenakalan anak-anak tersebut sangat erat hubungannya dengan keadaan orang tuanya.
2.      Untuk mengatasi kenakalan anak, sebenarnya orang tualah yang harus lebih berperan dalam mendidik anaknya, bukan seorang guru.
3.      Tauladan yang baik dari orang tua akan sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang anak.

DAFTAR PUSTAKA
Husain, Subhan.  2011.  Agar anak rajin sholat. Jogjakarta : DIVA press.
Hasan, Ali. 2011. Kesalahan-kesalahan orang tua penyebab anak tidak sholeh. Jogjakarta : DIVA press.

1 komentar: